Selasa, 28 Agustus 2018

4 Strategi Kampanye Tanpa Media Ini Perlu Dicoba

Related image

website untuk caleg - Mass media serta sosial media jadi prioritas utama dalam kampanye politik, walau sebenarnya ada langkah yang lebih ampuh, yakni berkampanye tiada media. Triknya?
Terlibat perbincangan tentang penentuan umum (Pemilu), baik itu pemilu presiden, pemilu kepala daerah, serta pemilu legislatif, telah pasti kita ditempatkan dalam satu moment yang wajar yakni kampanye. Tetapi sebetulnya apakah itu kampanye?

Mari kita bertumpu langsung pada pandangan Roger serta Storey jika kampanye adalah rangkaian aksi komunikasi yang terencana dengan arah membuat dampak spesifik pada sebagian besar khalayak yang dikerjakan dengan berkepanjangan dalam kurun waktu spesifik.

Akan tetapi, lihat praktek kampanye kekinian, rasa-rasanya tidak cukuplah jika kita cuma berhenti pada pandangan ke-2 tokoh diatas. Saya condong setuju dengan Lasswell jika kampanye adalah taktik mempersuasi publik untuk memperoleh beberapa keuntungan elektoral serta legitimasi jabatan kurun waktu spesifik (pemilu).

Bersamaan perubahan dinamika politik, kampanye telah mulai berubah pada medium broadcasting serta new media. Beberapa politisi condong dengan hipodermik memberikan basis politik melalui mass media atau manfaatkan arus linimasa untuk merekonstruksi personal branding-nya. Walau demikian, ada banyak hal yang dengan hitung politik mesti dikerjakan dengan strategi-strategi tradisionil tiada media.

Almond serta Powell (1966) merangkum beberapa taktik susunan serta aliran komunikasi politik yang sekaligus juga bisa jadikan taktik kampanye non media.

Pertama, Susunan Wawanmuka Informal (face to face informal). taktik tatap muka ini dengan memberikan keyakinan dapat mengangkat level of trust publik pada seseorang calon jika dapat bersilaturahim langsung ke kantung-kantung pemilih. Pertemuan serta komunikasi tatap muka dengan konstituen memberikan keuntungan yang tidak dikit, seperti bisa menyerap langsung masukan penduduk tiada penghubung, berkesan populis, lebih persuasif, serta mudahnya membuat ciri-ciri politik sang calon.

Ke-2, Susunan Sosial Tradisionil. Kita butuh tahu jika taktik ini mempunyai keampuhan-keampuhan sendiri karena pada penduduk yang berkaitan memang arus komunikasi dipastikan oleh tempat sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak ataupun sumber).

Berarti, ada stuktur susunan sosial di penduduk pada suatu daerah penentuan ataupun lebih sempit lagi pada susunan kebiasaan spesifik, yang cuma dapat ditembus dengan pendekatan ini.

Misalnya, beberapa grup suku batak yang telah ber-KTP DKI mensupport pasangan calon Agus Yudhoyono-Sylviana Murni, lantas ada ormas Islam yang merapat ke Anis Baswdan-Sandiaga Uno, juga grup penduduk spesifik yang mensupport Ahok-Djarot. Hingga tidak heran jika saat pemilu, beberapa pemuka kebiasaan, pemuka agama, serta pemimpin otoritas satu grup tidak diduga mendapatkan kunjungan politis. Tidak lainnya tidak bukan, untuk memperoleh legitimasi grup pemilih dengan stuktural.

Ke-3, Aliran Input. Almond serta Powell mendeskripsikan susunan input menjadi susunan yang sangat mungkin terbentuknya/dihasilkannya input buat skema politik yang disebut, meliputi transaksi pada skema politik dengan komponen dari lingkungan domestik ataupun luar. Menurut ke-2 pakar ini, struktur-struktur input politik seperti serikat pekerja, grup kebutuhan (interest grup), serta parpol, adalah aliran komunikasi yang berarti dalam komunikasi politik.

Taktik satu ini dapat memastikan arah konsolidasi politik serta lobi politik temukan meja bundarnya, terpenting menyoal transmisi kebutuhan, hitung-hitungan untung rugi (benefits of office) serta pembagian kekuasaan (power share). Diluar itu, aliran input berperan menjadi jembatan pada masyarakat biasa dengan sebagian besar akses ke elit politik.

Ke empat, Susunan Aliran Output. Taktik ini manfaatkan susunan resmi dari pemerintahan. Memang susunan kepemerintahan, terutamanya birokrasi, yang sangat mungkin pemimpin-pemimpin politik mengomunikasikan panduan buat pelaksanaan peraturan-peraturan untuk bermacam jenis pemegang jabatan politik lewat cara yang efektif serta jelas.

Efektif karena jalan kepemerintahan tentu saja dengan support kewenangan serta wibawa yang dimilikinya bisa digunakan untuk mengemukakan pesan-pesan dengan cepat serta gampang.

Sederhananya, ada-ada saja beberapa wakil parpol sebagai “pekerja partai” yang sangat mungkin ada penyampaian pesan-pesan dengan jelas, terpenting karena mereka yang ada pada deretan birokrasi dengan automatis sudah mempunyai bhs yang kira-kira sama, yang sangat mungkin pengertian-pengertian jadi lebih jelas diantara sesama mereka, daripada orang yang ada diluar jalan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact us

Nama

Email *

Pesan *